Powered by Blogger.

Pyramiding - Strategi Money Management Guna Memperbesar Keuntungan


Kita akan membahas mengenai penambahan posisi dalam trading yang sedang dalam posisi untung tanpa memperbesar resiko. Cara ini disebut dengan 'scale in' atau 'pyramid'.
Pada prinsipnya, dengan cara ini kita membuka posisi baru sebagai tambahan pada posisi kita sebelumnya yang sudah untung dan masih dalam keadaan open, tanpa memperbesar resiko, bahkan bisa tanpa resiko, dan menambah potensi keuntungan kita. Acapkali strategi ini bisa berjalan dengan baik. (Note: 'scale in' atau 'pyramiding in' bisa diartikan dengan penambahan posisi)

Ada ungkapan 'cut kerugian sekecil mungkin dan biarkan keuntungan sebesar mungkin', tapi bagaimana kita menerapkannya ? Disini kita akan melihat bagaimana cara scale in yang benar pada posisi trading yang sedang untung sehingga kita bisa memaksimalkan keuntungan, Jika kita cermati, pergerakan beberapa mata uang utama belakangan ini menunjukkan pergerakan trend yang begitu bagus. Dengan memanfaatkan pergerakan trend yang kuat tersebut kita bisa menerapkan strategi kita ini untuk memaksimalkan keuntungan dalam trading.

Cara aman untuk scale in pada posisi trading yang sedang untung

Pada dasarnya ada 2 cara untuk menambah posisi pada suatu posisi trading yang sedang untung dan masih open :
1. Cara yang kurang bijak : scale in ke posisi trading, tetapi tidak merubah level stop loss keatas atau kebawah untuk memperkecil resiko sebelumnya, sehingga bisa malahan menambah resiko, yang semestinya kita hindari.
2.Cara smart : scale in ke posisi trading pada level yang telah kita tentukan, dan dengan mengubah-ubah level stop loss kita setiap kali kita masuk posisi baru, sehingga resiko kita tidak akan pernah lebih dari yang telah kita sepakati, misalnya kita namakan 1R (1R=besarnya resiko per trade)

Satu hal yang perlu diketahui dalam menggunakan cara pyramid yang aman yaitu jangan karena kita punya kesempatan untuk scale in pada posisi trading yang sedang untung maka kita harus melakukannya, Cara ini tidak selalu mulus bisa berjalan dengan baik. Pada umumnya kita bisa menggunakan cara pyramid ini bila trend pergerakan harga pasar sangat kuat, atau pada pergerakan harga intra-day yang kencang. Tetapi jika keadaan market sedang ranging ( bergerak dalam range tertentu) atau trending tapi cenderung choppy, trendnya lemah dan meragukan, tidak dianjurkan untuk mengguunakan cara ini.

Karena kita akan membuka posisi-posisi baru, maka kalau pergerakan harga pasar sesuai prediksi, breakeven point keseluruhan posisi tersebut tentu akan semakin mendekati harga pasar saat ini (running price).Untuk meminimalkan kerugian kita jika ternyata harga bergerak berlawanan, kita bisa merubah level stop loss posisi kita sebelumnya, agar resiko 1R yang telah kita tentukan tidak bertambah. Banyak trader yang menemui kesulitan ketika menggunakan cara ini karena tidak merubah level stop lossnya untuk mengurangi resiko.
Sebagai contoh, kita perhatikan EUR/USD yang sedang bergerak downtrend seperti pada gambar berikut :



Kita open sell pada harga 1.2550. Terlihat jelas bahwa 1.2625 adalah level yang kuat dan bisa dianggap sebagai key level, dan kita bisa menentukan stop loss diatas level ini, misalnya di 1.2650. Kita selalu dianjurkan untuk memasang stop loss terlebih dahulu sebelum menentukan target keuntungan, karena risk management sebetulnya adalah hal yang paling penting dalam forex trading. Kita tidak akan pernah memperoleh keuntungan yang memadai tanpa menerapkan risk management dengan benar pada setiap posisi trading kita.

Disini tidak tampak level support yang significant kecuali level 1.1900 pada periode sebelumnya (bisa dilihat pada chart weekly EUR/USD), sehingga kita bisa leluasa untuk menentukan target profit yang lebih besar sambil memprediksi apakah trend akan berbalik. Misalkan kita tentukan resiko sebesar $200. Dengan open 2 mini lot pada level 1.2550, maka stop loss kita adalah 100pip. Resiko kita : 100pipX2 mini lot (1 mini lot=$1 per pip)= $200/

Kita tentukan risk/reward ratio sebesar 1:3, berarti target profitnya 300 pip pada level 1.2250.
Rencana kita akan menambah 2 posisi lagi. Pertama jika tyelah untung 100pip dan kedua jika keuntungan mencapai 200pip. Cara ini bisa diterapkan karena pergerakan downtrend yang sangat kuat dan dari analisa kita masih akan berlanjut.



Harga ternyata bergerak sesuai prediksi, dan kita akan scale in lagi pada level 1.2450 sebanyal 2 mini lot (20k), sehingga position size kita sekarang adalah 40k atau $4 per pip. Jika target profit kita 1.2250 kena, maka potensi reward kita bertambah menjadi $1000. Karena kita telah menggeser stop loss kita kebawah pada level 1.2550 dan menset stop loss posisi kita yang baru tersebut pada level yang sama, maka posisi kita sebelumnya kini telah breakeven. Resiko keseluruhan tetap $200.



Jita akan terapkan strategi pyramid ini dengan open posisi sell 2 mini lot lagi pada level 1.2350 sehingga total posisi kita sekarang adalah 60k atau $6 per pipnya. Jika target profit kita pada 1.2550 kena, potensi reward kita adalah $1200, sehingga reward kita sekarang adalah 2 kali dari saat awal kita open posisi. Bagaimana dengan resiko kita?

Stop loss kedua posisi kita bisa digeser ke 1.2450 sehingga kita telah mengunci keuntungan $200 pada posisi pertama, sedang posisi kedua breakeven. Dengan demikian resiko yang $200 pada posisi pertama telah terkompensasi menjadi $0, atau breakeven trade. keuntungan akan lebih besar jika semua posisi kita breakeven. Yang menarik disini adalah kita bisa menambah keuntungan kita tanpa memperbesar resiko.

Harga masih bergerak sesuai prediksi kita dan target profit 1.2250 kena. Ketiga posisi tersebut sekarang kita tutup dan risk/reward ratio bersih kita adalah 1:6. Resiko kita tidak akan pernah melebihi $200 seperti yang telah kita tentukan sebelumnya yakni sebesar 1R, sedang keuntungan yang kita peroleh adalah $1200.
Contoh ini menunjukkan bagaimana kita memperoleh manfaat dari trend gerakan harga pasar yang begitu kuat seperti pada EUR/USD ini, atau bahkan mungkin mata uang yang lainnya.



Kenapa tidak keluar selagi masih untung ?

Mungkin kita berfikiran untuk keluar dari pasar selagi masih untung. Saya berpendapat hal itu kurang bijaksana sebab jika kita keluar saat harga masih bergerak sesuai prediksi berarti kita hanya akan mendapatkan sebagian saja dari keuntungan yang seharusnya bisa kita dapatkan.
Jika kita keluar selagi masih untung berarti kita dengan sengaja membatasi keuntungan kita, sedang dalam trading kita seharusnya benar-benar memaksimalkan keuntungan dan membatasi resiko.

Sebagai penutup, perlu digaris bawahi bahwa kita tidak harus scale in pada tiap trade yang sedang untung. Harus dipertimbangkan apakah potensi arah trend dan kekuatannya mendukung prediksi kita, jadi tidak hanya sekedar untung-untungan saja.
Jika kita lihat EUR/USD dan mata uang utama lainnya dalam beberapa minggu terakhir ini (misal pada 31 Mei 2012) tampak bahwa pergerakan harganya sangat menunjang untuk menerapkan strategi scale in atau pyramid ini. Kondisi pasar seperti itu jarang terjadi, dan kita bisa selalu mengamati pasar dan menambah posisi dalam trading tanpa memperbesar resiko jika kondisi pasar menunjang.

Sumber : Nial Fuller - www.learntotradethemarket.com

Cara Kerja Trader Forex Profesional


Untuk bisa menjadi trader forex yang profesional, tidak cukup hanya dengan pengetahuan dan pengalaman trading saja, tapi diperlukan kesabaran, konsistensi dan mental trading yang telah teruji. Seorang trader forex profesional mengelola dana yang cukup besar sehingga harus selalu berhati-hati dalam melangkah serta tepat dalam mengambil setiap keputusan. Bagaimana sebenarnya cara kerja yang membedakan seorang trader profesional dan trader pemula atau amatir?

1. Trader forex profesional tidak membutuhkan banyak waktu dalam memprediksi arah pergerakan harga. Mereka melihat pada chart daily dan weekly, serta melakukan analisa trend pergerakan harga dengan interpretasi berita fundamental dan indikator teknikal. Misalnya, membaca berita perkembangan krisis zona Eropa dan kemudian melihat indikator exponential moving average (ema) 200 day, ema 20 day dan RSI pada chart EUR/USD daily, untuk menentukan trend jangka panjang dan keadaan jenuh beli (overbought) atau jenuh jual (oversold). Jika ada sinyal trading dan telah sesuai dengan strateginya, mereka segera membuka posisi dengan yakin dan tanpa ragu. Mereka tahu bahwa pada chart hourly banyak terdapat ‘noise’, oleh karena itu mereka selalu fokus pada trend jangka panjang dengan melihat pada time frame weekly atau daily.

                                              

2. Trader profesional tidak pernah melibatkan emosinya ketika masuk pasar. Mereka telah bisa mengendalikan diri. Sangat disiplin dalam mengikuti rencana trading dengan tidak pernah melakukan intervensi pada posisi yang telah dibuka. Level stop loss dan target profit benar-benar diterapkan sesuai dengan strategi dan money management. Sebagian besar tradingnya dilakukan dengan cara manual dan jarang menggunakan robot atau software trading otomatis.

3. Ada mitos bahwa trader profesional selalu profit. Pada kenyataannya tidak demikian. Mereka juga pernah mengalami kerugian. Perbedaannya adalah mereka tidak hanya trading di pasar forex, tetapi melakukan diversifikasi pada berbagai jenis pasar, dan dengan strategi tradingnya maka kerugian di salah satu pasar bisa ditutup dengan keuntungan dari jenis pasar yang lain. Selain itu rata-rata persentasi profit seorang trader profesional cukup tinggi sehingga angka harapan profit (expectancy) juga tinggi.

4. Trader profesional sering menahan posisinya untuk jangka waktu yang agak lama dengan menggunakan teknik memaksimalkan profit semisal averaging atau pyramiding. Mereka tidak membuka posisi jika tidak muncul sinyal yang valid untuk entry. Karena trading pada time frame tinggi (daily atau weekly), maka frekuensi trading-nya relatif kecil. Mereka lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas trading. Selain itu, trader profesional selalu mengambil waktu untuk bersantai dan menjauh dari pasar terlepas dari saat itu sedang profit atau loss, jadi tidak sepanjang waktu memonitor pasar.

5. Trader profesional biasanya melakukan diversifikasi pada beberapa pasangan mata uang. Mereka selalu mencermati faktor fundamental dan teknikal serta pengaruhnya pada beberapa pasangan mata uang hingga bisa menentukan posisi trading dengan tepat. Mereka tahu arah pergerakan pasangan mata uang dalam jangka panjang maupun jangka pendek sehingga bisa menentukan akan trading secara daily, weekly ataupun monthly. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa mereka tahu pasti apa yang mereka inginkan dan tidak terpengaruh sama sekali oleh rumor yang ada di pasar.

Trading di pasar forex memang sangat menguntungkan asal dilakukan dengan cara yang benar. Kita bisa trading dengan benar bila sikap mental dan cara berpikir kita seperti mereka para trader profesional. Trader pemula dan amatir bisa saja menghasilkan profit dalam jangka pendek, tetapi mereka cenderung mengalami kerugian pada jangka panjang. Pengetahuan analisa pasar, money management dan pengalaman trading saja belum cukup untuk menghasilkan profit yang konsisten dalam jangka panjang. Kita mesti belajar untuk bisa berpikir dan bersikap seperti para profesional.

Sumber : www.fxroguereview.org

Kisah Trader Sukses - Lee Gettess


Para trader yang telah sukses dalam karirnya sebagian besar mendedikasikan pengetahuan dan waktunya guna mengembangkan dunia trading dan investasi seperti mendirikan perusahaan konsultan investasi, menjadi komentator di berbagai media investasi dan bisnis, mengembangkan software trading atau menulis buku. Kita bisa mengambil manfaat positif dari kisah perjalanan karir dan pandangan mereka tentang dunia trading dan investasi.

Lee Gettess – Fokus pada management resiko

Trader profesional dan mentor trading ternama Lee Gettess, yang ‘trading for living’, selalu fokus pada management resiko sebagai faktor utama yang menentukan kesuksesannya dalam trading di pasar komoditi. Namun pada awalnya tidaklah demikian. Lee pertama kali mengenal trading dan pasar komoditi dari telepon broker yang belum pernah dikenalnya. “Seseorang dalam telepon itu menceritakan bagaimana Omar Sharif mengubah account tradingnya dari $50,000 menjadi $50 juta pada pasar komoditi gula” katanya. Broker itu juga mengatakan bahwa pola yang sama pada pasar komoditi gula seperti yang dialami Omar Sharif akan dan pasti berulang. Saat itu Lee bekerja untuk General Motors sebagai penjaga gedung sekaligus pembersih kantor (cleaning service), walaupun latar belakang pendidikannya komputer. Lee tahu ada beberapa orang di Detroit, kota kelahirannya, yang bisa menjadi kaya raya dalam waktu singkat walau ia tak tahu apa yang telah dilakukan orang-orang tersebut. Tanpa berpikir lebih jauh lagi, Lee mengusahakan sejumlah dana untuk bisa menjadi Omar Sharif yang berikutnya.
               

“Saya menyerahkan $10,000 kepada broker itu, dan 3 minggu kemudian ia mengembalikan ke saya $3,000,” kenang Lee. “Tetapi kemudian saya yakin sekali, jika saya bisa rugi begitu cepat, apa alasan saya untuk tidak bisa mencetak uang dengan cepat pula?” katanya. Ia kemudian mulai belajar segala hal mengenai pasar komoditi. Disela-sela waktu kerjanya yang luang, ia selalu gunakan untuk membaca atau mencari tahu segala hal tentang trading dan pasar komoditi. “Sisi teknikal dari pasar selalu menarik untuk dipelajari” jelasnya.

Lee Gettess kemudian terjun trading lagi pada pertengahan tahun 80-an. Saat terjadi crash di pasar saham pada 12 Oktober 1987 yang berdampak pada semua pasar, Lee rugi $1,500. “Waktu itu posisi saya salah, saya melawan arah trend. Tetapi bagi saya itu adalah hasil trading yang bagus. Saya cuma rugi $1,500” katanya. “Saya tidak bisa menerima jika tidak tahu kenapa saya rugi, dan kenapa saya mengabaikan management resiko.” tambah Lee. Setelah merasa bisa menghasilkan profit yang cukup untuk hidup, Lee keluar dari pekerjaannya pada tahun yang sama, dan mulai konsentrasi penuh pada trading. Trading for living.

Tahun 1988 Lee mengembangkan sebuah software sistem trading dengan  nama ‘Volpat Trading System’, yang kemudian terkenal dan masuk dalam ranking 10 besar software trading top dunia. Volpat adalah singkatan dari volatility and pattern. “Volatilitas Anda butuhkan untuk mengetahui kadar aktivitas pasar. Jika pasar diam, Anda tentu tak akan bisa mencetak uang.” kata Lee. “Pattern, pola pergerakan harga jangka pendek yang bisa dikenali komputer. Ini bersifat obyektif, dan Anda tetap harus memutuskan point-point entry dan exit dengan tepat. Hari ini pasar ditutup mendekati harga terendahnya, besok dibuka dengan harga yang lebih tinggi, lalu Anda ingin buy… itu bukan ide yang tepat. Dari pengalaman saya, pola harga yang demikian tetap bearish. Jadi pattern adalah faktor penting yang mesti Anda pertimbangkan.” lanjutnya menjelaskan software yang dibuatnya.
Pada tahun 1993 Lee menjual softwarenya ke beberapa trader profesional dan 3 institusi keuangan besar termasuk sebuah bank yang menduduki ranking 10 besar di Amerika Serikat dengan nilai $675,000. Kemudian tahun 1994 Lee Gettess memperkenalkan teknik ‘Market Mapping’ ke publik. Teknik ini bisa memperbaiki sebuah sistem trading apapun yang telah di-backtest, hingga lebih teliti dan bisa lebih diandalkan. Trader terkenal Larry Williams memuji teknik ini sebagai “teknik meminimalisir kerugian terbaik yang pernah saya temukan.”
Menurut Lee, segala sesuatu yang bisa menghasilkan profit dalam trading bergantung pada pengendalian resiko. “Anda tidak bisa mengendalikan pergerakan harga pasar. Satu-satunya yang bisa Anda kendalikan ketika trading adalah resiko…. Itulah tugas Anda yang utama sebagai trader.” katanya menjelaskan. “Mengendalikan resiko bukan berarti Anda harus menentukan stop loss dengan ketat, Anda mesti melihat pergerakan pasar dengan fair dan obyektif. Beri pasar ruang untuk bergerak.” lanjut Lee.

Apa nasehatnya untuk para trader pemula? “Jangan mengharapkan profit ataupun return yang tidak realistis. Cobalah untuk menggunakan money management dengan baik. Banyak yang tanya ke saya bagaimana cara terbaik untuk trading, itu pertanyaan yang tidak mungkin bisa saya jawab. Cara dan metode trading seseorang sangat bergantung pada karakter dan kepribadian masing-masing. Mengenai jaminan untuk bisa sukses? Ketika saya bekerja di General Motors, setiap orang mengatakan bahwa ini adalah perusahaan raksasa, dan semua hal yang Anda butuhkan untuk bisa sukses telah dijamin….tetapi, ketika saya bangun tidur pada suatu pagi dan saya tahu tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut, saya kemudian sadar bahwa jaminan sukses ada pada diri saya sendiri.” jelas Lee Gettess.

Sumber : News For The Financial World

Indikator Ekonomi Leading Dan Lagging


Trading forex berdasarkan analisa fundamental adalah salah satu strategi yang populer karena memberi informasi yang jelas untuk mengambil suatu keputusan. Adalah sebuah keputusan yang masuk akal (belum tentu tepat) untuk mengambil posisi buy ketika indikator pertumbuhan ekonomi (misalnya GDP)  menunjukkan kenaikan yang signifikan. Trader fundamentalist lebih percaya pada indikator ekonomi untuk membuka posisi buy daripada sinyal oversold yang diberikan indikator teknikal. Namun demikian hampir mirip dengan indikator teknikal, indikator ekonomi ada yang bersifat leading dan bersifat lagging.

Indikator ekonomi yang bersifat leading artinya indikator tersebut menunjukkan keadaan ekonomi yang akan terjadi, sedang indikator ekonomi yang bersifat lagging menunjukkan perubahan keadaan ekonomi yang telah terjadi. Indikator yang leading misalnya PMI (Purchasing Managers’ Index),  ZEW Economic Sentiment, Indeks Ifo Business Climate Jerman, UoM (University of Michigan) Consumer Sentiment dan CB consumer confidence. Indikator-indikator tersebut memberi petunjuk apakah pertumbuhan ekonomi akan meningkat atau turun dalam waktu dekat. Contoh indikator yang bersifat lagging adalah GDP dan tingkat pengangguran (unemployment rate). Tingkat pengangguran meningkat setelah laju pertumbuhan ekonomi turun, atau keadaan perekonomian memburuk. Indikator yamg lagging bisa digunakan untuk memprediksikan variabel yang lain, semisal GDP turun ada kemungkinan tingkat suku bunga diturunkan untuk memacu investasi, hingga berdampak pada melemahnya nilai mata uang.
                                  

Indikator ekonomi leading
Karena indikator ekonomi yang bersifat leading memiliki potensi memprediksi arah perekonomian, pejabat fiskal pemerintah sering menggunakannya sebagai acuan dalam menentukan suatu kebijakan agar terhindar dari dampak negatif ekonomi, misalnya resesi. Berikut beberapa indikator ekonomi penting yang bersifat leading:

1. Yang berhubungan dengan aktivitas manufakturAktivitas dalam bidang manufaktur adalah salah satu indikator penting yang berdampak langsung pada pertumbuhan tingkat perekonomian yang diwakili oleh besaran GDP. GDP naik berarti tingkat permintaan (demand) juga naik. Permintaan akan barang-barang naik berarti membutuhkan sumber daya manusia, yang berarti menambah lapangan pekerjaan dan mungkin juga dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Indikator penting yang berhubungan dengan aktivitas manufaktur adalah PMI (Purchasing Managers’ Index), Industrial Production dan Factory Orders.

Produk manufaktur yang dihasilkan tidak begitu saja seluruhnya jatuh ke tangan konsumen, tetapi disimpan di gudang terlebih dahulu sebagai inventory (persediaan/stock), sehingga kita perlu melihat juga data retail sales untuk mengetahui nilai uang dari keseluruhan produk retail yang telah terjual.

2. Retail SalesIndikator Retail Sales mengukur output aktivitas manufaktur yang sesungguhnya, dalam arti nilai uang yang dihasilkan dari penjualan produk retail pada suatu periode tertentu. Yang penting diperhatikan, retail sales yang meningkat tajam akan berpengaruh langsung pada kenaikan GDP, yang pada akhirnya akan memperkuat nilai mata uang. Atau data Retail Sales yang naik berarti perekonomia sedang membaik atau menuju ke perbaikan.

3. Building Permits dan Housing Start
Building Permits
 atau ijin mendirikan bangunan rumah atau gedung memberi gambaran tingkat persediaan perumahan ataupun jenis bangunan lainnya (perkantoran, hotel dan sebagainya). Building Permits yang meningkat berarti industri konstruksi akan bergairah, dan tenaga kerja juga akan bertambah, yang berujung pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Housing Start adalah indikator dimulainya pembuatan fondasi sebagai tindak lanjut dari Building Permits.

4. Home/Housing Sales
Naik turunnya tingkat penjualan perumahan akan berdampak langsung pada perekonomian. Seperti terjadi saat fenomena ‘housing bubble’ di AS pada tahun 2007 lalu ketika persediaan perumahan melebihi permintaan hingga harganya jatuh dan pekerjaan konstruksi terhenti, yang menyebabkan naiknya tingkat pengangguran. Selain itu penerimaan pemerintah dari pajak properti juga akan berkurang, hingga berdampak negatif pada perekonomian. Di AS, Indikator penjualan perumahan adalah Existing Home SalesPending Home Sales dan New Home Sales.

5. Sentimen bisnisSentimen bisnis yang tinggi menggambarkan tingkat kepercayaan pebisnis dan investor untuk menggerakkan roda perekonomian, dan merupakan indikator leading bagi naiknya pertumbuhan di masa depan. Di Amerika Serikat indikator sentimen bisnis yang penting adalah UoM (University of Michigan) Consumer Sentiment dan Philly (Philadelphia) Fed Manufacturing Index.

Indikator ekonomi lagging
Tidak seperti indikator ekonomi yang bersifat leading, indikator lagging ditampilkan setelah terjadi perubahan keadaan ekonomi. Meski tidak menunjukkan arah pergerakan perekonomian, indikator lagging mengkonfirmasi perubahan yang telah terjadi, dan mengindikasikan trend perubahan besaran ekonomi tersebut dalam jangka panjang. Misalnya indikator tingkat pengangguran (unemployment rate). Jika tingkat pengangguran naik secara berturut-turut, berarti keadaan ekonomi sedang lesu, atau jika pemerintah optimis keadaan perekonomian akan membaik, sebagai konfirmasinya indikator tingkat pengangguran semestinya akan turun. Berikut beberapa indikator ekonomi penting yang bersifat lagging:

                                     


1. Gross Domestic Product (GDP):

GDP adalah patokan tipikal untuk pertumbuhan ekonomi. Jika GDP naik artinya keadaan ekonomi sedang tumbuh dan data ini sering digunakan oleh sektor bisnis dan industri untuk mengevaluasi pengeluaran belanjanya, kenaikan gaji, ekspansi dan lain sebagainya. Pemerintah menggunakan patokan GDP disamping laju inflasi sebagai salah satu komponen dalam menentukan tingkat suku bunga. GDP biasanya dirilis per kwartal (q/q), dan dalam 3 versi, yaitu Advance, Preliminary dan Final. GDP Advance atau Estimated GDP yang pertama dirilis biasanya berdampak lebih besar.

2. Tingkat pengangguran (Unemployment Rate):
Indikator ini mengukur persentasi jumlah pengangguran yang sedang aktif mencari pekerjaan dalam sebulan. Jumlah pengangguran yang tinggi akan mengurangi tingkat pengeluaran konsumen, yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada GDP. Selain itu pengeluaran pemerintah akan bertambah dengan program tunjangan untuk pengangguran (di negara-negara yang menggunakan mata uang utama memang menerapkan program ini). Biasanya data ini dirilis bersamaan dengan jumlah daftar upah pekerja yang menggambarkan perubahan jumlah lapangan pekerjaan diluar sektor industri pertanian (Non Farm Payrolls).

3. Tingkat pendapatan dan upah pekerja
Jika ekonomi berjalan dengan efisien, tingkat pendapatan dan upah pekerja akan meningkat secara teratur sesuai tingkat inflasi. Jika terjadi penurunan upah, maka berarti telah terjadi pengurangan jam kerja atau pekerja yang dirumahkan. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian sedang lesu atau menuju ke arah resesi. Yang termasuk indikator ini adalah Average Weekly Earnings dan Personal Income.
4. Tingkat inflasi (Consumer Price Index)Consumer Price Index (CPI) merefleksikan tingkat laju inflasi secara keseluruhan. Jika CPI naik maka inflasi meningkat. CPI mengukur perubahan harga barang dan jasa, dan biasanya yang berpengaruh adalah CPI inti (Core CPI), yaitu CPI diluar harga makanan dan energi. Tingkat inflasi penting diperhatikan trader karena berhubungan dengan kebijakan bank sentral untuk menentukan tingkat suku bunga. Tingkat inflasi yang tinggi mendorong bank sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga.

5. Tingkat suku bunga (Interest Rates)
Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan nilai mata uang menguat. Biasanya tingkat suku bunga ditentukan oleh bank sentral sekali dalam sebulan, dan merupakan momen yang selalu ditunggu trader mengingat dampaknya yang sangat signifikan bila hasil rilis menyimpang jauh dari yang diharapkan pasar.

6. Neraca Perdagangan (Trade Balance)

Neraca perdagangan adalah selisih nilai ekspor dan impor barang dan jasa. Surplus bila hasilnya positif dan defisit bila hasilnya negatif. Dalam jangka panjang, defisit neraca perdagangan akan memperlemah nilai mata uang. Data neraca perdagangan dirilis sebulan sekali. Dimasa lalu rilis data ini cukup berdampak pada pasar forex sebelum kemudian digeser oleh besarnya dampak rilis data Non Farm Payrolls.

Sumber : www.tradingmarketonline.com
               www.moneycrashers.com

5 Hal Fatal Di Dalam Trading


Berbagai hasil survey mengungkap bahwa hampir 90% trader mengalami kerugian bahkan banyak yang kehilangan seluruh modalnya. Sisanya 10% yang masih bertahan berusaha keras untuk dapat mencapai level breakeven dan sebagian mereka memang bisa memperoleh profit, dan yang paling penting: secara konsisten. Bagaimana mereka yang sebagian kecil itu bisa memperoleh profit dengan konsisten? Menurut Jeffrey Kennedy, senior instructor dari Elliott Wave International, tidak ada formula khusus atau aturan tertentu yang mesti dituruti, hanya saja para trader harus bisa menghindari 5 hal fatal yang membuat sebagian besar mereka jadi pecundang.

Trader tidak harus mencari sistem trading ‘holy grail’ agar bisa profit dengan konsisten, karena sistem tersebut memang tidak ada. Cukup dengan mengetahui beberapa hal fatal yang mungkin mereka lakukan dan berusaha untuk memperbaikinya, ditambah dengan ide trading yang sesuai dengan karakter dan kepribadiannya, seorang trader bisa mengubah diri dari pecundang menjadi pemenang. Berikut penuturan Jeffrey Kennedy tentang 5 hal fatal dalam trading.
                                                 

Kenapa trader bisa mengalami kerugian?
Jika Anda telah lama berkecimpung dalam dunia trading, apakah di pasar forex, saham, komoditi atau option, pasti Anda tidak meragukan lagi bahwa seolah-olah ada tangan ‘monster’ yang tidak terlihat dan bisa meraih masuk dalam account trading Anda untuk mengambil keluar dana Anda. Maksud kami bukan tangan dari broker Anda, bukan itu. Kami anggap Anda telah pintar memilih broker yang jujur dan bonafide. Tidak peduli berapa buku tentang trading yang telah Anda baca, atau berapa seminar yang telah Anda ikuti, atau berapa jam dalam sehari Anda menganalisa chart trading, tangan ‘monster’ itu tetap ada, dan Anda tidak bisa mencegahnya untuk berhenti menguras account trading Anda.

Hal itu menimbulkan sebuah pertanyaan: kenapa trader bisa mengalami kerugian? Atau mungkin pertanyaannya: bagaimana Anda bisa menghentikan ulah tangan ‘monster’ tersebut? Tidak peduli Anda trader pemula, trader musiman atau mengaku seorang trader yang profesional, kemampuan Anda untuk menghentikan tangan ‘monster’ tersebut adalah berkaitan langsung dengan bagaimana Anda memahami dan mengatasi ke 5 hal fatal dalam trading. Setiap hal fatal mewakili setiap jari tangan ‘monster’ tersebut yang bisa menyebabkan petaka pada account trading Anda.

Hal fatal 1: Tidak memiliki metode trading
Jika tujuan Anda adalah menghasilkan profit konsisten dalam trading, maka Anda harus menentukan sebuah metode trading terbaik yang telah Anda uji, dan tidak selalu berganti-ganti metode untuk kondisi pasar yang sama. Selain itu Anda harus benar-benar paham dan mengerti detail metode trading yang telah Anda pilih. Apakah metode tersebut sederhana dan ringkas, atau sangat kompleks, yang penting Anda bisa menggunakannya dengan nyaman dan pas. Cara trading yang hanya dengan menebak atau berdasarkan insting tidak akan bisa bertahan lama karena tidak ada dasarnya.

Menentukan arah trend dengan alasan yang berubah-ubah akan mengacaukan konsep dasar trading yang telah Anda miliki. Metode trading, baik yang dasar maupun yang menyangkut management resiko harus Anda miliki dan Anda gunakan. Metode dasar misalnya bagaimana Anda menentukan arah trend, indikator teknikal apa yang Anda gunakan dan kapan Anda harus masuk buy atau sell. Management resiko berhubungan dengan metode Anda dalam menentukan level stop loss dan mengoptimalkan profit Anda (menggunakan teknik trailing stop, averaging, dan sebagainya).

Untuk mengatasi hal fatal yang pertama ini, Anda cukup menuliskan metode apa yang sekiranya cocok dan nyaman Anda gunakan. Jika Anda masih ragu atau belum menemukannya, Anda bisa mulai lagi belajar untuk mencari cara analisa pasar yang sesuai hingga didapatkan sebuah metode trading yang pas dan siap digunakan. Tentukan alat analisa yang Anda gunakan, dan yang penting adalah bagaimana Anda menggunakannya. Apakah Anda menggunakan teori gelombang Elliot, bar chart, indikator stochastic, RSI atau kombinasi beberapa indikator, yang harus Anda perhatikan adalah bagaimana Anda bisa dengan mudah dan cepat menggunakan metode tersebut.

Hal fatal 2: Tidak disiplin
Jika Anda telah menemukan metode trading yang cocok dan telah sepakat untuk menggunakannya, maka Anda harus benar-benar mengacu hanya pada sistem yang telah Anda buat. Jika Anda tidak disiplin dalam mengikuti metode dan sistem Anda, berarti Anda telah membuat kesalahan fatal. Jika cara analisa chart dan cara setup Anda berbeda dari yang telah Anda lakukan seminggu lalu, maka kemungkinan Anda kurang memahami metode Anda dengan detail atau Anda tidak disiplin mengikuti metode yang telah Anda buat.

Bisa saja pada saat tertentu Anda ingin mencoba metode lain karena merasa tidak yakin pada metode Anda. Sikap ingin coba-coba inilah yang berakibat fatal. Bisa hampir dipastikan sekali Anda mencoba metode lain, Anda akan mengulanginya hingga metode acuan yang telah Anda buat tidak pernah digunakan. Tindakan terbaik ketika Anda kurang yakin pada metode Anda adalah dengan tidak masuk pasar, dan melakukan evaluasi. Salah satu kunci sukses dalam trading yaitu menerapkan metode tertentu yang terbaik dengan konsisten, apapun yang terjadi. Untuk menghindari kesalahan fatal ini, Anda dianjurkan untuk selalu melakukan evaluasi guna menyempurnakan metode trading Anda, tetapi hindari untuk berganti metode dengan tiba-tiba ketika sedang trading.
                                          

 Hal fatal 3: Harapan perolehan (return) yang tidak realistis
Sering ada iklan semacam ini: “… dengan investasi hanya sebesar $100 Anda berpeluang mendapatkan $20,000…”. Jenis iklan seperti itu merugikan industri keuangan dan investasi. Yang menjadi sasaran adalah para ‘investor’ yang kurang mendapatkan edukasi dengan benar mengenai dunia investasi. Mereka adalah korban dari harapan yang tidak realistis. Anda bisa mencoba pada account trading Anda dengan target profit atau perolehan (return) seperti yang ada pada contoh iklan tersebut. Pasti susah Anda capai tanpa memperhitungkan besar resikonya.

Jika Anda trader pemula, berapa target perolehan realistis yang hendak Anda capai dalam setahun, 50%, 100% atau 200%? Banyak trader berpengalaman menganjurkan agar para pemula berusaha untuk bisa breakeven pada tahun pertama, atau memasang target perolehan 0%. Itu sudah cukup realistis dan bagus jika bisa dicapai. Seiring dengan waktu, pengalaman trading dan pembelajaran yang diperoleh dari pasar, pada tahun ke 2 dan seterusnya mereka akan bisa menentukan target perolehan yang realistis.

Hal fatal 4: Tidak sabar
Tangan ‘monster’ ke 4 yang bisa menyebabkan petaka pada account trading Anda adalah ketidak sabaran. Para analis dan pengamat forex mengatakan bahwa dalam suatu periode waktu pasar hanya bergerak trending 20%, dan 80% bergerak sideways (ranging) atau dengan trend pendek yang tidak jelas arahnya. Itulah sebabnya para trader handal percaya mereka hanya punya 2 atau 3 peluang yang benar-benar bagus untuk masuk pasar dalam suatu periode waktu tertentu.

Jika Anda seorang trader jangka panjang, biasanya tidak lebih dari 10 peluang trading dalam setahun yang benar-benar berkualitas. Atau jika Anda trader jangka pendek, mungkin hanya ada 2 atau 3 peluang yang bagus dan berkualitas dalam seminggu. Sesuaikan metode dan sistem trading Anda dengan pengetahuan peluang trading yang berkualitas. Jangan memaksakan diri hingga over trading dengan memberondong pasar, tetapi jadilah penembak pasar yang jitu. Usahakan untuk bersabar hingga peluang itu muncul.

Hal fatal 5: Tidak menerapkan money management
Barangkali ini adalah ibu jari tangan ‘monster’, kesalahan terbesar yang berakibat fatal. Secanggih apapun pengetahuan Anda tentang analisa pasar, trading tanpa money management adalah sangat fatal. Seorang trader profesional mungkin saja lemah dalam analisa teknikal, tetapi selalu paham money management dengan benar. Tanpa membatasi besarnya resiko yang proporsional sesuai dengan balance account Anda, maka Anda berpotensi untuk mengalami kerugian yang tidak terkontrol dan berujung pada margin call.

Menerapkan money management dimulai dengan menentukan stop loss dan target profit yang dihitung berdasarkan risk/reward ratio. Risk/reward ratio akan menentukan hasil trading dalam jangka panjang (baca: jumlah posisi trading dan risk/reward ratio). Disamping itu, selalu perhatikan ukuran lot atau position size yang sesuai dengan besarnya resiko, maka Anda akan bisa terhindar dari akibat yang paling fatal: margin call.

Sumber : Jeffrey Kennedy - www.actionforex.com

Kisah Trader Sukses - Tom Bierovic


Para trader yang telah sukses dalam karirnya sebagian besar mendedikasikan pengetahuan dan waktunya guna mengembangkan dunia trading dan investasi seperti mendirikan perusahaan konsultan investasi, menjadi komentator di berbagai media investasi dan bisnis, atau menulis buku. Kita bisa mengambil manfaat positif dari kisah perjalanan karir dan pandangan mereka tentang dunia trading dan investasi.

Tom Bierovic: mengutamakan kebebasan dalam membuat keputusan trading
Tom Bierovic, trader terkenal dan manager sistem trading dari Omega Research, Inc., telah menyusun sejumlah peraturan baku untuk digunakan dalam trading, tetapi ia lebih mengutamakan kebebasan dalam menentukan posisi dan membuat suatu keputusan penting dalam trading. Kebebasan dan keleluasaan untuk mengambil keputusan tersebut ia tempatkan pada urutan paling atas peraturan baku yang dibuatnya. Bierovic merasa sangat beruntung karena bisa mengenal bisnis trading futures dalam usia yang masih sangat muda. Ayahnya seorang trader pada Mid America Exchange. Tom membantu membuat plot perubahan harga pada chart daily dan weekly untuk komoditi agricultural, dan ia memperoleh “uang lelah” untuk pekerjaan tersebut. “Saat itu trading belum menggunakan komputer, dan kita tidak mempunyai perangkat komputer. Jadi saya memperoleh harga penutupan pasar hari itu dari surat kabar sore.” Bierovic menjelaskan.

            

Pada liburan musim panas, Bierovic bekerja pada floor trading ayahnya. “Saya membuat plot simple moving average 10 periode untuk harga closing pada time frame 15 menit.” jelasnya. “Ayah saya memang trading dengan teknik scalping, tetapi ia hanya akan membuka atau menutup posisi tradingnya sesuai dengan rekomendasi yang saya buat pada pergerakan trend di time frame 15 menit.” Bierovic menambahkan. Saat itu ia membuat plot beberapa indikator teknikal dengan hitungan tangan (cara manual). Selain moving averages, indikator yang ia hitung setiap hari dengan cara manual adalah stochastics, RSI, MACD dan ADX. “Oh, tentu saja sekarang saya tidak melakukan cara manual itu lagi,” katanya, “tetapi hal itu akan sangat berguna jika Anda mulai belajar analisa teknikal.” tambah Bierovic.

Tom Bierovic trading di pasar saham dan pasar komoditi sejak tahun 1971, dan kini ia tinggal di pinggiran kota Chicago, mengelola sejumlah account jutaan dollar dan menyebut dirinya sebagai “trader yang bebas, dengan metode yang sangat spesifik. Saya menuliskan semua aturan dengan jelas dan rinci hingga semua trader bisa menggunakan sistem trading yang saya buat. Tetapi, saya tidak benar-benar terikat dengan aturan itu, sering kali saya menyimpang saat harus memutuskan sesuatu yang penting. Ya, saya mengutamakan kebebasan untuk mengambil keputusan penting.”

Disamping trading, Bierovic juga aktif terlibat dalam berbagai seminar di 35 negara. Ia juga terkenal sebagai penulis analisa teknikal dan sistem trading di berbagai media keuangan utama Amerika, Eropa dan Asia. Tak kurang dari Futures magazine, Futures World News, dan majalah Technical Analysis of Stocks and Commodities selalu melakukan wawancara yang mendalam dengan Tom Bierovic. Ia aktif menulis buku mengenai analisa teknikal, beberapa yang terkenal antara lain The Momentum Retracement Method for Successfully Buying Countertrend dan Playing for Keeps: Ten Trading Systems That Really Work (Wiley & Sons 1999) yang menjelaskan beberapa topik tentang sistem trading dan pengembangannya.
Bierovic memang seorang chartist, trader teknikal tulen. Ia bahkan sengaja tak mau tahu apapun tentang analisa fundamental. “Semua akibat dari faktor fundamental telah tercermin dengan begitu sempurna pada pergerakan harga pasar sekarang.” katanya mengutip kaidah klasik analisa teknikal. “Analisa teknikal lebih mudah diterapkan. Anda tentu tahu tentang psikologi sosial yang mendasari analisa teknikal, karakter massal yang berhubungan dengan harapan, rasa tamak dan ketakutan.” jelasnya. Dalam bukunya The Momentum Retracement Method for Successfully Buying Countertrend dijelaskannya apa yang dinamakan retracement momentum, yang mencakup pengetahuan tentang arah dan kualitas sebuah trend hingga bisa ditentukan saat-saat terjadinya reaksi counter trend, dan bisa dihitung resikonya dengan benar. “ Dari yang selama ini saya alami, saya hanya akan berusaha untuk 40% benar dan menerapkan risk/reward ratio 1:2. Saya sudah cukup nyaman dengan aturan yang saya buat tersebut.” katanya.

Satu hal penting yang diungkapkan Bierovic sebagai pakar analisa teknik adalah bahwa analisa teknikal akan bisa berjalan dengan baik pada pasar yang volume perdagangannya besar dan sangat likuid. Ia mencontohkan pasar yang tidak memenuhi kriteria tersebut misalnya palladium (untuk pasar komoditi) dan Australia dollar (untuk pasar forex). Apa nasehatnya untuk para trader pemula? “Sudah barang tentu Anda, trader pemula, mengetahui dengan pasti keadaan psikologi dan kepribadian Anda. Anda tidak bisa berbohong dalam menentukan gaya trading (trading style) yang sangat mencerminkan kepribadian Anda yang sebenarnya.” katanya.

“Menurut pendapat saya, belajarlah analisa teknikal dengan benar dan terapkan dalam trading. Jangan cepat putus asa ketika loss, atau merasa sebagai pahlawan ketika profit. Hal itu tak ada gunanya, lebih baik Anda membuat metode dan menyusun sebuah peraturan trading yang mesti Anda ikuti dengan disiplin. Sebelum Anda benar-benar paham dan mengerti kondisi pasar, jangan meniru saya dengan menyimpang dari aturan.” jelas Tom Bierovic.

Sumber : News For The Financial World

Mengenal Teori Gelombang Elliot


Teori gelombang Elliot (Elliot wave) adalah salah satu analisa teknikal yang sering digunakan para trader dan analis untuk memprediksi arah gerak trend dengan mengamati siklus pasar dalam bentuk gelombang. Prinsip dasarnya adalah dengan mengidentifikasi reaksi psikologis para pelaku trading terhadap perubahan pergerakan harga pasar. Teori ini sudah cukup tua, diciptakan oleh seorang genius bernama Ralph Nelson Elliott (1871–1948), akuntan profesional pada tahun 1930-an. Elliot mengemukakan bahwa pergerakan harga pasar secara keseluruhan membentuk sebuah pola yang spesifik, dan selalu berulang dalam periode tertentu. Para praktisi saat itu menyebutnya dengan gelombang Elliot, atau yang dikalangan para analis dan trader sekarang disebut dengan ‘gelombang’ (wave) saja.

Dalam bukunya berjudul “ The Wave Principle” yang terkenal itu, Elliot menuliskan bahwa harga digerakkan oleh para pelaku pasar dalam sebuah siklus berbentuk gelombang (gambar bawah) yang selalu berulang. Keadaan psikologi dan emosi kolektif para pelaku pasar membentuk ayunan gelombang kearah atas dan bawah, dan jika kita telah terbiasa melakukan analisa ayunan tersebut, maka akan mudah untuk memprediksi arah pergerakan harga pasar selanjutnya, karena pada dasarnya sifat atau karakteristik para pelaku pasar adalah sama: tamak dan takut (greed and fear). Walau teori Elliot dibuat berdasarkan pergerakan harga di pasar saham (karena saat itu pasar forex belum diperdagangkan), tetapi bisa diterapkan dengan baik pada semua jenis pasar termasuk forex.

             

Pola gelombang 5-3


Teori gelombang Elliot menyebutkan bahwa sebuah trend pergerakan harga (baik uptrend maupun downtrend) selalu terdiri dari pola 5 gelombang yang searah dengan trend (gelombang 1-2-3-4-5), diikuti oleh 3 gelombang koreksi (gelombang A-B-C). Elliot menyebutnya dengan “pola gelombang 5-3”. Seperti gambar diatas, tiap gerak gelombang bisa diurai menjadi sub-bagian yang lebih kecil dengan pola gelombang 5-3 yang sama. Dan tiap sub-bagian bisa diurai menjadi sub-bagian yang lebih kecil lagi dengan pola gelombang yang sama, dan seterusnya. Pola gelombang yang memiliki sifat demikian disebut dengan “fractals”, atau bisa diurai menjadi bagian yang lebih kecil dan sama persis. Untuk mengetahui dasar pemikiran Elliot, pertama kita akan lihat apa saja yang terjadi pada pola 5 gelombang yang searah trend (gambar bawah, untuk uptrend).
                                                
5 gelombang pertama yang searah dengan trend disebut dengan gelombang impulsif. Dalam pola ini, gelombang pertama, ke-3 dan ke-5 bergerak searah dengan trend utama sedang gelombang ke-2 dan ke-4 adalah koreksi gelombang impulsif. Harap dibedakan antara istilah “koreksi” gelombang ke-2 dan ke-4 dengan gelombang koreksi A-B-C (diuraikan pada bagian selanjutnya). Berikut penjelasan singkat kejadian pada tiap gerak gelombang impulsif, sesuai dengan analisa pasar oleh Elliot pada waktu itu (pasar saham), tetapi pada prinsipnya bisa diterapkan juga pada pasar forex dan semua jenis pasar yang lain.

Gelombang pertama (warna merah)
Harga saham mulai naik, biasanya disebabkan oleh sejumlah kecil investor atau trader yang merasa bahwa harga saham tersebut sudah sangat murah dan inilah saat yang tepat untuk melakukan order buy. Hal ini menyebabkan harga saham naik.

Gelombang ke-2 (Warna hijau)
Pada point ini, mereka yang sebelumnya telah membeli saham tersebut berpendapat bahwa harga pasti sudah terlalu tinggi (overvalued), dan menjual saham tersebut. Ini menyebabkan harga saham turun, tetapi tidak sampai pada level terendah sebelumnya karena lebih banyak yang menahan posisi buy-nya. Sama seperti kita para trader pada umumnya, karena faktor psikologis, kita tidak serta merta cut-loss begitu saja ketika baru mengalami kerugian yang relatif masih bisa ditolerir, atau mungkin belum menyentuh level stop loss kita (jika menggunakan stop loss).

Gelombang ke-3 (warna biru)
Ini adalah gelombang yang terpanjang dan terkuat. Saham tersebut segera menarik perhatian para investor dan trader yang belum sempat membeli. Ada apa dengan saham tersebut? Mereka penasaran dan segera berebut untuk memiliki saham itu. Tentu saja harganya segera membumbung dengan kuat hingga melebihi level tertinggi gelombang pertama (break high).

Gelombang ke-4 (warna orange)
Mereka yang membeli pada gelombang pertama merasa bahwa harga saham tersebut pastilah sudah terlalu mahal, daripada ‘ketinggalan profit’ mereka segera menjualnya. Tetapi seperti terlihat pada gambar, gelombangnya pendek, yang berarti banyak yang masih menahan saham tersebut, terutama buyer yang masuk pada gelombang ke-3.

Gelombang ke-5 (warna ungu)
Saham tersebut makin menarik perhatian massa trader dan investor. Kok harganya bisa membumbung? Maka semakin banyak yang buy saham tersebut, ada yang menamakan fenomena ini dengan sebutan histeria. Kita sering membaca atau melihat di media seorang analis saham yang seolah menertawakan mereka yang tidak ikutan membeli saham tertentu, dan memberikan berbagai analisa yang mengunggulkan saham tersebut. Itulah saat overvalued yang sebenarnya. Para trader dan investor yang sarat pengalaman tentu akan segera menjual saham tersebut hingga terjadi pola gelombang A-B-C yang akan kita bahas pada bagian selanjutnya.

Seperti telah diuraikan diatas, teori gelombang Elliot menyebutkan bahwa sebuah trend pergerakan harga selalu terdiri dari pola 5 gelombang yang searah dengan trend utama, diikuti oleh 3 gelombang koreksi. Pada bagian ini diuraikan 3 gelombang koreksi A-B-C dan berbagai formasinya yang sering ditemui.

Pola gelombang koreksi A-B-C
Formasi 3 gelombang koreksi selalu mengikuti 5 gelombang yang searah trend utama (gambar bawah).
   

Formasi pola gelombang koreksi
Menurut pengamatan Elliot, bentuk formasi pola gelombang koreksi yang bisa terjadi di pasar ada 21, tetapi yang sering terjadi pada kenyataannya hanya ada 3 formasi pola gelombang yaitu formasi zig-zag, formasi flat, dan formasi segitiga (triangle) seperti pada gambar dibawah ini.

                                

Formasi zig-zag

Formasi zig-zag merupakan pola penurunan harga yang paling curam dibandingkan dengan trend utama (gelombang 1-5). Biasanya gelombang B adalah yang terpendek dibanding gelombang A dan C. Formasi zig-zag bisa terjadi 2 sampai 3 kali dan berkesinambungan, tetapi selalu dalam urutan A-B-C, A-B-C, dan seterusnya.

Formasi flat
Formasi flat adalah bentuk gelombang sideway yang sederhana dengan panjang gelombang yang pada umumnya sama. Gelombang B berlawanan arah dengan A dan C. Dalam keadaan tertentu panjang gelombang B bisa lebih panjang dari A, atau puncak gelombang B melebihi puncak A.

Formasi segitiga
Formasi gelombang segitiga merupakan formasi dengan bentuk seperti gelombang flat tetapi dibatasi oleh garis trend yang konvergen (makin mengecil seperti pada gambar diatas), atau divergen (makin melebar). Pada umumnya formasi segitiga terdiri dari 5 gelombang.

Formasi gelombang dalam sebuah gelombang
Seperti dijelaskan pada diatas, pola gelombang Elliot bersifat “fractals”, atau bisa diurai menjadi bagian yang lebih kecil dan sama persis. Dalam hal ini setiap gelombang selalu terdiri dari sub-gelombang dengan bentuk formasi yang sama (gambar bawah).
                    
Gelombang pertama, ke 3 dan ke 5 terdiri dari 5 gelombang impulsif (searah dengan trend utama) yang lebih kecil, sementara gelombang ke 2 dan ke 4 terdiri dari gelombang koreksi yang lebih kecil. Pola-pola tersebut selalu berulang dengan sendirinya. Sekedar untuk diketahui, teori gelombang Elliot menamakan masing-masing kategori sesuai dengan besarnya gelombang sebagai: grand supercycle, supercycle, cycle, primary, intermediate, minor, minute, minuette dan sub-minuette. Sebuah gelombang grand supercycle terdiri dari gelombang supercycle yang terdiri dari gelombang cycle dan seterusnya. Berikut contoh formasi gelombang Elliot dalam pergerakan harga pasar:

    
Seperti terlihat pada gambar diatas, dalam kenyataannya bentuk dan formasi sebuah gelombang tidak sempurna atau persis sama dengan keadaan ideal seperti gambar contoh-contoh sebelumnya. Jika belum cukup terlatih, kita akan mengalami kesulitan ketika mulai mengambil asumsi kategori sebuah gelombang, misalnya dalam sebuah uptrend, dari manakah kita harus memulai menentukan gelombang pertama?, atau jika kita telah mengasumsikan gelombang pertama, mengapa formasi gelombang ke 4-nya tidak tampak sama sekali? Untuk itu ada kaidah dan petunjuk praktis agar kita bisa dengan mudah mengidentifikasi formasi gelombang Elliot dalam sebuah trend, yang akan diuraikan pada bagian berikutnya.

Seperti diketahui, faktor utama agar berhasil menerapkan teori gelombang Elliot dalam trading adalah kemampuan mengidentifikasi gelombang dengan benar. Menurut Elliot pasar selalu bergerak dengan formasi 5 gelombang impulsif diikuti 3 gelombang korektif. Ada 3 aturan utama yang digunakan dalam praktek untuk mengidentifikasi formasi gelombang Elliot dalam sebuah trend seperti berikut:
Menurut Elliot aturan utama diatas mutlak harus dipenuhi. Jika dalam identifikasi 5 gelombang impulsif ada yang tidak sesuai dengan aturan tersebut, maka harus dicari titik awal (starting point) lainnya untuk memulai identifikasi dari awal lagi. Disamping itu ada beberapa aturan tambahan yang tidak mutlak harus dipenuhi:
- kadang-kadang bisa terjadi panjang gelombang ke 5 tidak sampai melampaui gelombang ke 3
- gelombang ke 3 adalah yang terpanjang
- gelombang ke 2 dan ke 4 sering bergerak retrace sesuai dengan kaidah Fibonacci retracement
Dengan identifikasi yang benar, kita bisa mengantisipasi level-level entry dan exit sesuai dengan aturan diatas.

Contoh penggunaan teori gelombang Elliot dalam praktek
Berikut dicontohkan kita memulai identifikasi uptrend dengan menentukan titik awal gelombang pertama hingga terjadi retrace gelombang ke 2:

Untuk menentukan titik entry yang tepat, kita mengacu pada aturan bahwa panjang gelombang ke 2 tidak melampaui awal gelombang pertama, kemudian kita periksa level-level Fibonacci retracement. Kita bisa menunggu hingga level Fibo retracement-nya menunjukkan reaksi atau melanjutkan arah uptrend-nya.


Dalam hal ini pada level Fibo retracement 50% pergerakan harga kembali kearah uptrend. Kita bisa entry buy di sekitar level Fibo retracement 50%-nya.


Catatan: jika ternyata panjang gelombang ke 2 melampaui titik awal gelombang pertama, maka identifikasi yang telah kita lakukan salah. Berikut contoh lain pada pergerakan harga downtrend:


Pada gambar diatas tampak formasi flat pada gelombang korektif A-B-C. Dari formasi candlestick-nya kita tentukan level entry sell serta level stop loss-nya.


Catatan: jika ternyata panjang gelombang ke 2 melampaui titik awal gelombang pertama, maka identifikasi yang telah kita lakukan salah. Jika contoh diatas ternyata benar, kemungkinannya bisa sebagai berikut:


Karena formasi gelombang yang terjadi pada pergerakan harga pasar riil tidak persis sama dengan teori, maka trader harus sering berlatih untuk membaca formasi gelombang pasar riil guna mendapatkan interpretasi formasi gelombang Elliot yang benar.

Sumber : www.babypips.com


Tingkatan Trader


Dalam menjelajah jalan menuju trader yang sukses, ada beberapa tingkatan yang berbeda. Tergantung dari pengalaman, pengetahuan, cara berpikir dan sikap mentalnya, seorang trader dapat dikategorikan dalam 4 tingkatan: trader pemula, amatir, amatir yang berpengalaman dan profesional.

Trader pemula
Seorang trader pemula pada umumnya masih merasa asing terhadap pasar forex. Trading forex dianggap sesuatu yang baru dan mungkin agak unik atau mengasyikkan. Mereka cenderung ingin mengetahui segala hal yang berhubungan dengan trading dan pasar forex dengan cepat dan instan. Baik analisa fundamental maupun analisa teknikal dipelajarinya dengan cepat. Trader pemula selalu mencari dan mempelajari cara-cara yang gampang, sederhana dan segera dapat digunakan untuk trading. Pada umumnya mereka mengharap profit besar dari trading forex. Mereka begitu saja percaya dan menuruti nasehat atau tip-tip dari para trader yang lebih senior dan berpengalaman (sering trader yang berpengalaman tetapi bukan trader yang sukses).
                                                     
Selain itu mereka juga rajin mencari sinyal trading dari berbagai forum dan blog. Trader pemula sangat memperhitungkan besarnya pip dalam menentukan profit dan loss, serta sulit melupakan transaksi yang mengalami kerugian. Pengaruh emosi ketika trading sangat kental, biasanya mereka ingin balas dendam ketika loss dan masuk pasar lagi ketika profit (euforia) hingga mengakibatkan over trading.

Dari hasil survey didapatkan fakta bahwa para trader pemula cenderung menyukai metode breakout dan pembalikan arah trend (trend reversal), serta percaya pada pengaruh rilis berita fundamental penting ketika trading. Strategi trapping atau ‘jebakan’ (pending order buy stop dan sell stop) sering mereka gunakan ketika entry sesaat menjelang rilis sebuah berita penting. Mereka melakukan transaksi beberapa kali dalam sehari, dan jika hasil trading pada hari itu profit mereka dengan bersemangat membuat target profit mingguan, bulanan dan tahunan. Jika sedang loss mereka cenderung menyalahkan pasar, broker atau koneksi internet, dan sangat jarang yang menyalahkan dirinya sendiri.

Trader amatir
Masih dari hasil survey, trader forex amatir tidak melakukan banyak transaksi dalam sehari. Mereka sudah lebih berhati-hati dalam menyikapi kondisi pergerakan harga pasar. Disamping mulai mendalami konsep management resiko dengan benar, mereka juga mulai mengerti prinsip-prinsip pola pergerakan harga, bisa membedakan antara loncatan harga (spike) temporer dan noise, serta mulai menentukan time frame trading yang paling cocok untuk digunakan.

Trader amatir sudah bisa menerima kenyataan, mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahannya dalam trading, tetapi tidak takut untuk terus mencoba dan berusaha memperbaiki kesalahan. Meski demikian, mereka masih berusaha menemukan metode dan strategi trading yang pas dengan melakukan backtest pada beberapa teknik trading tertentu. Rencana trading sering berubah seiring dengan pergantian strategi yang digunakan. Stop loss dan target profit mulai diterapkan dengan disiplin walaupun kadang-kadang masih kurang pas dalam menentukan besar resiko per trade dan risk/reward ratio.

Pencapaian penting pada tingkatan ini adalah mereka mulai bisa mengendalikan emosi, tidak terpengaruh oleh hasil trading sebelumnya tetapi lebih melakukan evaluasi pada money management dan strategi trading. Disamping mulai belajar mengembangkan dan menyusun strategi trading sendiri, mereka juga sering memberi nasehat dan tip pada para trader pemula. Pada tingkatan ini, trader mulai menyadari bahwa pasar forex adalah sebuah lahan bisnis, dan trading di pasar forex adalah sebuah pekerjaan serius.

Trader amatir yang berpengalaman
Seorang trader amatir yang telah berpengalaman atau jam tradingnya sudah cukup, mulai bisa mengendalikan reaksinya terhadap perubahan kondisi pasar yang diluar dugaan. Mereka tidak lagi terburu-buru mengambil keputusan atau merubah strategi tradingnya. Hasil survey menunjukkan mereka mulai skeptis terhadap berita fundamental dan tidak terlalu berharap banyak dari rilis data ekonomi. Prediksi dan opini dari berbagai sumber yang berbeda-beda menyebabkan mereka berhati-hati dan lebih percaya pada analisanya sendiri berdasarkan data yang diperoleh.

Pada tingkatan ini trader mulai sadar bahwa pasar forex sangat komplek dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, oleh karenanya mereka menggabungkan analisa fundamental dan teknikal dalam trading dengan menempatkan masing-masing analisa sesuai porsi dan kondisi pasar saat itu. Pada umumnya mereka menerapkan cara trading mengikuti arah trend (trend follower), serta mengutamakan strategi money management yang cukup baik, dan biasanya bisa diterapkan dengan hasil yang sangat memadai.

                                      
Meski tidak semua trader amatir yang berpengalaman adalah full time trader, tetapi mereka pada umumnya menerapkan cara ‘masuk pasar dan lupakan trading’ (set and forget), dan sangat jarang melakukan intervensi pada posisi trading yang telah dibuka. Kadang mereka tentu juga mengalami loss, tetapi karena mampu mengendalikan emosi dengan lebih baik, hal itu tidak begitu dihiraukan dan menunggu sinyal trading berikutnya untuk kembali masuk pasar. Pada tingkatan ini trader berusaha menemukan sistem trading yang bisa memanfaatkan setiap sesi waktu trading selama 24 jam. Jika mereka berhasil menggunakan sistem tersebut, account tradingnya bisa berkembang secara dramatis.

Trader profesional
Dari sebutan ‘profesional’ yang disandangnya, memang profesi utamanya adalah trading di pasar forex. Mereka adalah full time trader. Dari survey yang pernah dilakukan, para responden sebagian besar berpendapat bahwa trader forex profesional selalu profit pada setiap trade yang dilakukannya. Pada kenyataannya tidaklah demikian. Para trader profesional juga sering menanggung kerugian, tetapi hasil trading secara keseluruhan pada periode tertentu adalah positif, atau menghasilkan profit. Ini terjadi karena rata-rata persentasi profit pada keseluruhan trade (average winning trade) cukup tinggi sehingga angka harapan profit (expectancy) juga tinggi.

Dalam pasar forex yang riil, angka harapan profit tidak bisa diciptakan atau ditentukan oleh trader maupun sistem trading yang digunakan, tetapi terjadi dari akumulasi penerapan metode dan teknik trading yang tidak selalu persis sama pada setiap trade, tetapi sangat bergantung pada kematangan dan pengalaman trader dalam menentukan position size, kapan mesti entry dan exit yang paling menguntungkan. Hal tersebut terjadi dengan sendirinya pada seorang trader profesional setelah menjelajahi perjalanan panjang tetapi konsisten dan komit untuk tetap trading. Selain itu, para trader profesional tidak menanamkan seluruh modal tradingnya hanya pada pasar forex, melainkan melakukan diversifikasi pada beberapa jenis pasar, sehingga jika kebetulan sedang sial dan loss di pasar forex, maka keuntungan yang diperoleh dari jenis pasar yang lain masih bisa menutup kerugian tersebut.

Seorang trader forex profesional melakukan prediksi secara garis besar dan global. Mereka tidak mengamati pergerakan harga dari jam ke jam, atau memperhatikan parameter suatu indikator teknikal dengan detail. Analisa intermarket (hubungan antar jenis pasar yang saling mempengaruhi) sangat diperhatikan dan selalu diikuti perkembangannya. Jika kondisi pasar tidak sesuai dengan prediksi, mereka segera menutup semua posisi tradingnya.
Pada tingkatan trader profesional ini, banyaknya transaksi atau posisi trading yang dibuka sepenuhnya ditentukan oleh kondisi pasar, bukan oleh keinginan trader itu sendiri. Jika kondisi pasar telah memberi sinyal yang valid, mereka akan memprediksi besarnya resiko yang mungkin terjadi, kemudian menetapkan potensi profit yang paling maksimal. Mereka trading hampir tanpa emosi. Dan yang penting, trader profesional sangat yakin bisa menghasilkan profit konsisten dari pasar forex.

Sumber : www.clarkfinancial.com

Apakah Pasar Forex Selalu Teknikal?


Seorang trader forex sering mendengar atau membaca komentar: “Karena tidak adanya berita ekonomi yang signifikan sebagai penggerak pasar, maka perdagangan hari ini cenderung berjalan secara teknikal...” Pada kesempatan lain ia mendengar komentar seorang analis: “Apa yang terjadi saat ini adalah technical rebound, karena support pada level...” Apa yang menjadi penggerak dominan pasar forex sebenarnya?

Mari kita kaji bersama. Analisa teknikal memberi informasi berdasarkan pergerakan harga atau hasil penjabaran dari pergerakan harga yang digunakan sebagai acuan untuk memprediksi arah pergerakan harga selanjutnya, atau acuan untuk menentukan pergerakan harga selanjutnya yang diharapkan para analis teknikal. Konsep dasar yang telah kita ketahui adalah asumsi bahwa para pelaku pasar cenderung akan bereaksi sama terhadap suatu kejadian di pasar sehingga membentuk sebuah pola tertentu. Pola tertentu inilah yang dijadikan acuan guna memprediksi arah pergerakan harga berikutnya. Walau pada beberapa kasus hal ini benar, tetapi konsep tersebut secara keseluruhan tidak memberi penjelasan yang cukup hingga teori ini bisa dipercaya dan dijadikan sebagai acuan.

                          
Para pelaku pasar adalah Anda, saya, dan para trader forex lainnya termasuk fund manager, big boys (para pemain besar), institusi perbankan, broker yang ikut terjun di pasar dan lain-lain. Semuanya memiliki karakter yang hampir sama: bereaksi emosional terhadap pergerakan harga pasar. Para trader forex baik dengan account pribadi atau mewakili institusi, takut menderita kerugian seperti juga halnya para fund manager, treasurer bank bahkan big boys. Petinggi bank sentral, pejabat keuangan dan pengusaha bereaksi terhadap perubahan nilai tukar mata uang karena berpengaruh langsung pada tingkat suku bunga, neraca perdagangan dan indeks harga saham. Mereka semua takut kehilangan uang. Mereka bereaksi emosional ketika harga bergerak sifnifikan.

Seorang trader terkenal berpendapat bahwa analisa teknikal adalah sebuah studi tentang emosi, dan yang lebih penting adalah rentetan emosi yang terjadi pada para pelaku pasar secara keseluruhan. Tak ada satu momenpun yang tidak menggerakkan emosi para pelaku pasar ketika harga bergerak. Ini bisa diamati dari aliran pergerakan harga di trading chart. Ia menambahkan bahwa ia pernah berkonsultasi dengan dua analis teknikal yang berbeda dan prediksinya ternyata berlawanan. Baru belakangan ia tahu bahwa analis yang satu menggunakan analisa Elliot wave sebagai andalannya, sedang yang lain menggunakan indikator momentum, bollinger dan teori pola pergerakan harga (price pattern), sehingga menghasilkan kesimpulan akhir yang berbeda.

Kembali pada komentar analis diawal artikel ini, jadi kapan pasar akan diperdagangkan secara teknikal, atau analisa teknikal mana yang bisa digunakan sebagai referensi? Mungkin jawabannya bisa benar atau bisa salah. Tetapi, mungkin tanpa kita sadari, kita semua trading secara teknikal, dan tidak ada yang 100% selalu benar dalam trading. Jika Anda seorang trader, yang penting untuk Anda perhatikan adalah:
1. Seberapa konsisten posisi trading yang kita buka benar?
2. Apakah level-level support dan resistance yang kita tentukan juga kuat dan konsisten?
3. Apakah ada alternatif jika ternyata kita salah membuka posisi?
4. Jika kita tahu telah salah, seberapa cepat kita akan mengambil tindakan untuk mengatasi loss yang lebih banyak?

Trader dan analis
Trader yang piawai belum tentu ia juga seorang analis yang hebat, sebaliknya analis yang piawai belum tentu trader yang hebat. Keduanya punya cara pikir yang berbeda. Tujuan utama trader adalah profit. Cara yang dianggap benar oleh analis belum tentu menghasilkan profit. Analis menguasai analisa fundamental dan teknikal, sementara trader lebih paham cara trading yang profitable.
Jika tidak ada faktor fundamental yang dominan, maka pasar akan bergerak secara teknikal, tetapi dari sudut pandang trader yang selalu bereaksi emosional saat harga bergerak, pasar selalu diperdagangkan secara teknikal sepanjang waktu trading.

Sumber : Ian Copsey - www.actionforex.com

Menutup Kerugian Dalam Trading


Kerugian atau loss dalam trading tidak bisa dihindari. Jika Anda mungkin sedang mengalami loss, yang penting untuk Anda ketahui adalah persentasi kerugian dibandingkan balance deposit awal Anda atau account drawdown. Sebagai contoh jika balance deposit awal Anda $10,000 dan Anda mengalami loss hingga balance Anda saat ini $2,500, maka besarnya drawdown atau persentasi loss account Anda adalah 75%.

Mungkin Anda tidak mengalami loss secara berturut-turut, tetapi makin tinggi drawdown pada hasil terakhir trading Anda, akan semakin besar persentasi profit yang mesti Anda raih untuk menutup (recover) kerugian Anda. Sebagai illustrasi, tabel berikut adalah persentasi profit yang mesti dihasilkan dari balance akhir untuk menutup persentasi loss dari jumlah deposit awalnya.

 

Seperti tampak pada tabel diatas, untuk drawdown (% loss) yang semakin besar, maka persentasi profit yang harus dihasilkan untuk menutup loss akan naik secara eksponensial. Semakin besar loss yang dialami akan tampak semakin sulit untuk mengembalikan dana deposit awal. Biasanya drawdown yang cukup besar terjadi akibat loss yang berturut-turut atau terlalu percaya diri hingga melipat gandakan ukuran lot (position size) ketika membuka posisi trading.

Secara alamiah ketika seorang trader mengalami loss, tentu ia ingin secepatnya menutup loss tersebut. Sering kali trader menggunakan cara-cara diluar rencana trading, bahkan tidak jarang yang merubah strategi tradingnya. Ada 2 cara yang sering dilakukan trader untuk bisa menutup kerugiannya dengan cepat :

                                
1. Jika balance pada accountnya masih memungkinkan, trader tersebut akan mengambil resiko lebih besar dengan meningkatkan ukuran lot (position size). Kadang melebihi kalkulasi persentasi profit untuk menutup loss, karena tentunya trader tidak hanya mau sebatas breakeven, tetapi ingin profit lebih juga. Bagi trader pemula yang pengalaman tradingnya masih minim, hal tersebut dilakukan dengan cara yang irasional dan cenderung emosional. Dengan melanggar komitmen pada besarnya resiko per trade, berarti trader tersebut bukan lagi melakukan trading, tetapi gambling atau bermain judi.

2. Dengan menambah deposit pada account trading hingga balance-nya bertambah, atau lazim disebut dengan ‘inject’. Tujuan inject dalam hal ini adalah agar trader bisa melakukan ‘balas dendam’ dengan cara seperti pada point 1, memperbesar ukuran lot trading, bahkan mungkin cara ini lebih berani. Cara berpikir trader yang seperti ini masih sering dijumpai.

Cara yang benar dan rasional
Tujuan trading yang sebenarnya adalah menghasilkan profit yang konsisten berapapun ukuran lot trading, dan bukan menghasilkan profit besar dalam waktu singkat. Besarnya resiko dan ukuran lot trading adalah bagian dari money management yang seharusnya diterapkan dalam trading.

Tetap konsisten pada strategi dan rencana trading yang telah Anda uji (backtest dan forward test) adalah cara yang benar dan rasional. Ulangi dengan benar seluruh proses dalam rencana trading Anda dengan sabar dan disiplin. Jika merasa perlu untuk inject dana, usahakan dengan jumlah yang seminim mungkin. Disamping itu usahakan juga untuk menahan godaan pada solusi yang cepat dan instan.

Proses tertutupnya kerugian Anda akan sama dengan proses kejadiannya. Profit konsisten yang bakal Anda hasilkan juga akan membuat account trading Anda naik secara eksponensial seiring dengan waktu, disiplin dan kesabaran Anda.
Sumber : www.forexjournal.com