Powered by Blogger.
Home » , , , » Indikator Ekonomi Leading Dan Lagging

Indikator Ekonomi Leading Dan Lagging


Trading forex berdasarkan analisa fundamental adalah salah satu strategi yang populer karena memberi informasi yang jelas untuk mengambil suatu keputusan. Adalah sebuah keputusan yang masuk akal (belum tentu tepat) untuk mengambil posisi buy ketika indikator pertumbuhan ekonomi (misalnya GDP)  menunjukkan kenaikan yang signifikan. Trader fundamentalist lebih percaya pada indikator ekonomi untuk membuka posisi buy daripada sinyal oversold yang diberikan indikator teknikal. Namun demikian hampir mirip dengan indikator teknikal, indikator ekonomi ada yang bersifat leading dan bersifat lagging.

Indikator ekonomi yang bersifat leading artinya indikator tersebut menunjukkan keadaan ekonomi yang akan terjadi, sedang indikator ekonomi yang bersifat lagging menunjukkan perubahan keadaan ekonomi yang telah terjadi. Indikator yang leading misalnya PMI (Purchasing Managers’ Index),  ZEW Economic Sentiment, Indeks Ifo Business Climate Jerman, UoM (University of Michigan) Consumer Sentiment dan CB consumer confidence. Indikator-indikator tersebut memberi petunjuk apakah pertumbuhan ekonomi akan meningkat atau turun dalam waktu dekat. Contoh indikator yang bersifat lagging adalah GDP dan tingkat pengangguran (unemployment rate). Tingkat pengangguran meningkat setelah laju pertumbuhan ekonomi turun, atau keadaan perekonomian memburuk. Indikator yamg lagging bisa digunakan untuk memprediksikan variabel yang lain, semisal GDP turun ada kemungkinan tingkat suku bunga diturunkan untuk memacu investasi, hingga berdampak pada melemahnya nilai mata uang.
                                  

Indikator ekonomi leading
Karena indikator ekonomi yang bersifat leading memiliki potensi memprediksi arah perekonomian, pejabat fiskal pemerintah sering menggunakannya sebagai acuan dalam menentukan suatu kebijakan agar terhindar dari dampak negatif ekonomi, misalnya resesi. Berikut beberapa indikator ekonomi penting yang bersifat leading:

1. Yang berhubungan dengan aktivitas manufakturAktivitas dalam bidang manufaktur adalah salah satu indikator penting yang berdampak langsung pada pertumbuhan tingkat perekonomian yang diwakili oleh besaran GDP. GDP naik berarti tingkat permintaan (demand) juga naik. Permintaan akan barang-barang naik berarti membutuhkan sumber daya manusia, yang berarti menambah lapangan pekerjaan dan mungkin juga dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Indikator penting yang berhubungan dengan aktivitas manufaktur adalah PMI (Purchasing Managers’ Index), Industrial Production dan Factory Orders.

Produk manufaktur yang dihasilkan tidak begitu saja seluruhnya jatuh ke tangan konsumen, tetapi disimpan di gudang terlebih dahulu sebagai inventory (persediaan/stock), sehingga kita perlu melihat juga data retail sales untuk mengetahui nilai uang dari keseluruhan produk retail yang telah terjual.

2. Retail SalesIndikator Retail Sales mengukur output aktivitas manufaktur yang sesungguhnya, dalam arti nilai uang yang dihasilkan dari penjualan produk retail pada suatu periode tertentu. Yang penting diperhatikan, retail sales yang meningkat tajam akan berpengaruh langsung pada kenaikan GDP, yang pada akhirnya akan memperkuat nilai mata uang. Atau data Retail Sales yang naik berarti perekonomia sedang membaik atau menuju ke perbaikan.

3. Building Permits dan Housing Start
Building Permits
 atau ijin mendirikan bangunan rumah atau gedung memberi gambaran tingkat persediaan perumahan ataupun jenis bangunan lainnya (perkantoran, hotel dan sebagainya). Building Permits yang meningkat berarti industri konstruksi akan bergairah, dan tenaga kerja juga akan bertambah, yang berujung pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Housing Start adalah indikator dimulainya pembuatan fondasi sebagai tindak lanjut dari Building Permits.

4. Home/Housing Sales
Naik turunnya tingkat penjualan perumahan akan berdampak langsung pada perekonomian. Seperti terjadi saat fenomena ‘housing bubble’ di AS pada tahun 2007 lalu ketika persediaan perumahan melebihi permintaan hingga harganya jatuh dan pekerjaan konstruksi terhenti, yang menyebabkan naiknya tingkat pengangguran. Selain itu penerimaan pemerintah dari pajak properti juga akan berkurang, hingga berdampak negatif pada perekonomian. Di AS, Indikator penjualan perumahan adalah Existing Home SalesPending Home Sales dan New Home Sales.

5. Sentimen bisnisSentimen bisnis yang tinggi menggambarkan tingkat kepercayaan pebisnis dan investor untuk menggerakkan roda perekonomian, dan merupakan indikator leading bagi naiknya pertumbuhan di masa depan. Di Amerika Serikat indikator sentimen bisnis yang penting adalah UoM (University of Michigan) Consumer Sentiment dan Philly (Philadelphia) Fed Manufacturing Index.

Indikator ekonomi lagging
Tidak seperti indikator ekonomi yang bersifat leading, indikator lagging ditampilkan setelah terjadi perubahan keadaan ekonomi. Meski tidak menunjukkan arah pergerakan perekonomian, indikator lagging mengkonfirmasi perubahan yang telah terjadi, dan mengindikasikan trend perubahan besaran ekonomi tersebut dalam jangka panjang. Misalnya indikator tingkat pengangguran (unemployment rate). Jika tingkat pengangguran naik secara berturut-turut, berarti keadaan ekonomi sedang lesu, atau jika pemerintah optimis keadaan perekonomian akan membaik, sebagai konfirmasinya indikator tingkat pengangguran semestinya akan turun. Berikut beberapa indikator ekonomi penting yang bersifat lagging:

                                     


1. Gross Domestic Product (GDP):

GDP adalah patokan tipikal untuk pertumbuhan ekonomi. Jika GDP naik artinya keadaan ekonomi sedang tumbuh dan data ini sering digunakan oleh sektor bisnis dan industri untuk mengevaluasi pengeluaran belanjanya, kenaikan gaji, ekspansi dan lain sebagainya. Pemerintah menggunakan patokan GDP disamping laju inflasi sebagai salah satu komponen dalam menentukan tingkat suku bunga. GDP biasanya dirilis per kwartal (q/q), dan dalam 3 versi, yaitu Advance, Preliminary dan Final. GDP Advance atau Estimated GDP yang pertama dirilis biasanya berdampak lebih besar.

2. Tingkat pengangguran (Unemployment Rate):
Indikator ini mengukur persentasi jumlah pengangguran yang sedang aktif mencari pekerjaan dalam sebulan. Jumlah pengangguran yang tinggi akan mengurangi tingkat pengeluaran konsumen, yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada GDP. Selain itu pengeluaran pemerintah akan bertambah dengan program tunjangan untuk pengangguran (di negara-negara yang menggunakan mata uang utama memang menerapkan program ini). Biasanya data ini dirilis bersamaan dengan jumlah daftar upah pekerja yang menggambarkan perubahan jumlah lapangan pekerjaan diluar sektor industri pertanian (Non Farm Payrolls).

3. Tingkat pendapatan dan upah pekerja
Jika ekonomi berjalan dengan efisien, tingkat pendapatan dan upah pekerja akan meningkat secara teratur sesuai tingkat inflasi. Jika terjadi penurunan upah, maka berarti telah terjadi pengurangan jam kerja atau pekerja yang dirumahkan. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian sedang lesu atau menuju ke arah resesi. Yang termasuk indikator ini adalah Average Weekly Earnings dan Personal Income.
4. Tingkat inflasi (Consumer Price Index)Consumer Price Index (CPI) merefleksikan tingkat laju inflasi secara keseluruhan. Jika CPI naik maka inflasi meningkat. CPI mengukur perubahan harga barang dan jasa, dan biasanya yang berpengaruh adalah CPI inti (Core CPI), yaitu CPI diluar harga makanan dan energi. Tingkat inflasi penting diperhatikan trader karena berhubungan dengan kebijakan bank sentral untuk menentukan tingkat suku bunga. Tingkat inflasi yang tinggi mendorong bank sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga.

5. Tingkat suku bunga (Interest Rates)
Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan nilai mata uang menguat. Biasanya tingkat suku bunga ditentukan oleh bank sentral sekali dalam sebulan, dan merupakan momen yang selalu ditunggu trader mengingat dampaknya yang sangat signifikan bila hasil rilis menyimpang jauh dari yang diharapkan pasar.

6. Neraca Perdagangan (Trade Balance)

Neraca perdagangan adalah selisih nilai ekspor dan impor barang dan jasa. Surplus bila hasilnya positif dan defisit bila hasilnya negatif. Dalam jangka panjang, defisit neraca perdagangan akan memperlemah nilai mata uang. Data neraca perdagangan dirilis sebulan sekali. Dimasa lalu rilis data ini cukup berdampak pada pasar forex sebelum kemudian digeser oleh besarnya dampak rilis data Non Farm Payrolls.

Sumber : www.tradingmarketonline.com
               www.moneycrashers.com