Powered by Blogger.
Home » , , , , » Mengenal Teori Gelombang Elliot

Mengenal Teori Gelombang Elliot


Teori gelombang Elliot (Elliot wave) adalah salah satu analisa teknikal yang sering digunakan para trader dan analis untuk memprediksi arah gerak trend dengan mengamati siklus pasar dalam bentuk gelombang. Prinsip dasarnya adalah dengan mengidentifikasi reaksi psikologis para pelaku trading terhadap perubahan pergerakan harga pasar. Teori ini sudah cukup tua, diciptakan oleh seorang genius bernama Ralph Nelson Elliott (1871–1948), akuntan profesional pada tahun 1930-an. Elliot mengemukakan bahwa pergerakan harga pasar secara keseluruhan membentuk sebuah pola yang spesifik, dan selalu berulang dalam periode tertentu. Para praktisi saat itu menyebutnya dengan gelombang Elliot, atau yang dikalangan para analis dan trader sekarang disebut dengan ‘gelombang’ (wave) saja.

Dalam bukunya berjudul “ The Wave Principle” yang terkenal itu, Elliot menuliskan bahwa harga digerakkan oleh para pelaku pasar dalam sebuah siklus berbentuk gelombang (gambar bawah) yang selalu berulang. Keadaan psikologi dan emosi kolektif para pelaku pasar membentuk ayunan gelombang kearah atas dan bawah, dan jika kita telah terbiasa melakukan analisa ayunan tersebut, maka akan mudah untuk memprediksi arah pergerakan harga pasar selanjutnya, karena pada dasarnya sifat atau karakteristik para pelaku pasar adalah sama: tamak dan takut (greed and fear). Walau teori Elliot dibuat berdasarkan pergerakan harga di pasar saham (karena saat itu pasar forex belum diperdagangkan), tetapi bisa diterapkan dengan baik pada semua jenis pasar termasuk forex.

             

Pola gelombang 5-3


Teori gelombang Elliot menyebutkan bahwa sebuah trend pergerakan harga (baik uptrend maupun downtrend) selalu terdiri dari pola 5 gelombang yang searah dengan trend (gelombang 1-2-3-4-5), diikuti oleh 3 gelombang koreksi (gelombang A-B-C). Elliot menyebutnya dengan “pola gelombang 5-3”. Seperti gambar diatas, tiap gerak gelombang bisa diurai menjadi sub-bagian yang lebih kecil dengan pola gelombang 5-3 yang sama. Dan tiap sub-bagian bisa diurai menjadi sub-bagian yang lebih kecil lagi dengan pola gelombang yang sama, dan seterusnya. Pola gelombang yang memiliki sifat demikian disebut dengan “fractals”, atau bisa diurai menjadi bagian yang lebih kecil dan sama persis. Untuk mengetahui dasar pemikiran Elliot, pertama kita akan lihat apa saja yang terjadi pada pola 5 gelombang yang searah trend (gambar bawah, untuk uptrend).
                                                
5 gelombang pertama yang searah dengan trend disebut dengan gelombang impulsif. Dalam pola ini, gelombang pertama, ke-3 dan ke-5 bergerak searah dengan trend utama sedang gelombang ke-2 dan ke-4 adalah koreksi gelombang impulsif. Harap dibedakan antara istilah “koreksi” gelombang ke-2 dan ke-4 dengan gelombang koreksi A-B-C (diuraikan pada bagian selanjutnya). Berikut penjelasan singkat kejadian pada tiap gerak gelombang impulsif, sesuai dengan analisa pasar oleh Elliot pada waktu itu (pasar saham), tetapi pada prinsipnya bisa diterapkan juga pada pasar forex dan semua jenis pasar yang lain.

Gelombang pertama (warna merah)
Harga saham mulai naik, biasanya disebabkan oleh sejumlah kecil investor atau trader yang merasa bahwa harga saham tersebut sudah sangat murah dan inilah saat yang tepat untuk melakukan order buy. Hal ini menyebabkan harga saham naik.

Gelombang ke-2 (Warna hijau)
Pada point ini, mereka yang sebelumnya telah membeli saham tersebut berpendapat bahwa harga pasti sudah terlalu tinggi (overvalued), dan menjual saham tersebut. Ini menyebabkan harga saham turun, tetapi tidak sampai pada level terendah sebelumnya karena lebih banyak yang menahan posisi buy-nya. Sama seperti kita para trader pada umumnya, karena faktor psikologis, kita tidak serta merta cut-loss begitu saja ketika baru mengalami kerugian yang relatif masih bisa ditolerir, atau mungkin belum menyentuh level stop loss kita (jika menggunakan stop loss).

Gelombang ke-3 (warna biru)
Ini adalah gelombang yang terpanjang dan terkuat. Saham tersebut segera menarik perhatian para investor dan trader yang belum sempat membeli. Ada apa dengan saham tersebut? Mereka penasaran dan segera berebut untuk memiliki saham itu. Tentu saja harganya segera membumbung dengan kuat hingga melebihi level tertinggi gelombang pertama (break high).

Gelombang ke-4 (warna orange)
Mereka yang membeli pada gelombang pertama merasa bahwa harga saham tersebut pastilah sudah terlalu mahal, daripada ‘ketinggalan profit’ mereka segera menjualnya. Tetapi seperti terlihat pada gambar, gelombangnya pendek, yang berarti banyak yang masih menahan saham tersebut, terutama buyer yang masuk pada gelombang ke-3.

Gelombang ke-5 (warna ungu)
Saham tersebut makin menarik perhatian massa trader dan investor. Kok harganya bisa membumbung? Maka semakin banyak yang buy saham tersebut, ada yang menamakan fenomena ini dengan sebutan histeria. Kita sering membaca atau melihat di media seorang analis saham yang seolah menertawakan mereka yang tidak ikutan membeli saham tertentu, dan memberikan berbagai analisa yang mengunggulkan saham tersebut. Itulah saat overvalued yang sebenarnya. Para trader dan investor yang sarat pengalaman tentu akan segera menjual saham tersebut hingga terjadi pola gelombang A-B-C yang akan kita bahas pada bagian selanjutnya.

Seperti telah diuraikan diatas, teori gelombang Elliot menyebutkan bahwa sebuah trend pergerakan harga selalu terdiri dari pola 5 gelombang yang searah dengan trend utama, diikuti oleh 3 gelombang koreksi. Pada bagian ini diuraikan 3 gelombang koreksi A-B-C dan berbagai formasinya yang sering ditemui.

Pola gelombang koreksi A-B-C
Formasi 3 gelombang koreksi selalu mengikuti 5 gelombang yang searah trend utama (gambar bawah).
   

Formasi pola gelombang koreksi
Menurut pengamatan Elliot, bentuk formasi pola gelombang koreksi yang bisa terjadi di pasar ada 21, tetapi yang sering terjadi pada kenyataannya hanya ada 3 formasi pola gelombang yaitu formasi zig-zag, formasi flat, dan formasi segitiga (triangle) seperti pada gambar dibawah ini.

                                

Formasi zig-zag

Formasi zig-zag merupakan pola penurunan harga yang paling curam dibandingkan dengan trend utama (gelombang 1-5). Biasanya gelombang B adalah yang terpendek dibanding gelombang A dan C. Formasi zig-zag bisa terjadi 2 sampai 3 kali dan berkesinambungan, tetapi selalu dalam urutan A-B-C, A-B-C, dan seterusnya.

Formasi flat
Formasi flat adalah bentuk gelombang sideway yang sederhana dengan panjang gelombang yang pada umumnya sama. Gelombang B berlawanan arah dengan A dan C. Dalam keadaan tertentu panjang gelombang B bisa lebih panjang dari A, atau puncak gelombang B melebihi puncak A.

Formasi segitiga
Formasi gelombang segitiga merupakan formasi dengan bentuk seperti gelombang flat tetapi dibatasi oleh garis trend yang konvergen (makin mengecil seperti pada gambar diatas), atau divergen (makin melebar). Pada umumnya formasi segitiga terdiri dari 5 gelombang.

Formasi gelombang dalam sebuah gelombang
Seperti dijelaskan pada diatas, pola gelombang Elliot bersifat “fractals”, atau bisa diurai menjadi bagian yang lebih kecil dan sama persis. Dalam hal ini setiap gelombang selalu terdiri dari sub-gelombang dengan bentuk formasi yang sama (gambar bawah).
                    
Gelombang pertama, ke 3 dan ke 5 terdiri dari 5 gelombang impulsif (searah dengan trend utama) yang lebih kecil, sementara gelombang ke 2 dan ke 4 terdiri dari gelombang koreksi yang lebih kecil. Pola-pola tersebut selalu berulang dengan sendirinya. Sekedar untuk diketahui, teori gelombang Elliot menamakan masing-masing kategori sesuai dengan besarnya gelombang sebagai: grand supercycle, supercycle, cycle, primary, intermediate, minor, minute, minuette dan sub-minuette. Sebuah gelombang grand supercycle terdiri dari gelombang supercycle yang terdiri dari gelombang cycle dan seterusnya. Berikut contoh formasi gelombang Elliot dalam pergerakan harga pasar:

    
Seperti terlihat pada gambar diatas, dalam kenyataannya bentuk dan formasi sebuah gelombang tidak sempurna atau persis sama dengan keadaan ideal seperti gambar contoh-contoh sebelumnya. Jika belum cukup terlatih, kita akan mengalami kesulitan ketika mulai mengambil asumsi kategori sebuah gelombang, misalnya dalam sebuah uptrend, dari manakah kita harus memulai menentukan gelombang pertama?, atau jika kita telah mengasumsikan gelombang pertama, mengapa formasi gelombang ke 4-nya tidak tampak sama sekali? Untuk itu ada kaidah dan petunjuk praktis agar kita bisa dengan mudah mengidentifikasi formasi gelombang Elliot dalam sebuah trend, yang akan diuraikan pada bagian berikutnya.

Seperti diketahui, faktor utama agar berhasil menerapkan teori gelombang Elliot dalam trading adalah kemampuan mengidentifikasi gelombang dengan benar. Menurut Elliot pasar selalu bergerak dengan formasi 5 gelombang impulsif diikuti 3 gelombang korektif. Ada 3 aturan utama yang digunakan dalam praktek untuk mengidentifikasi formasi gelombang Elliot dalam sebuah trend seperti berikut:
Menurut Elliot aturan utama diatas mutlak harus dipenuhi. Jika dalam identifikasi 5 gelombang impulsif ada yang tidak sesuai dengan aturan tersebut, maka harus dicari titik awal (starting point) lainnya untuk memulai identifikasi dari awal lagi. Disamping itu ada beberapa aturan tambahan yang tidak mutlak harus dipenuhi:
- kadang-kadang bisa terjadi panjang gelombang ke 5 tidak sampai melampaui gelombang ke 3
- gelombang ke 3 adalah yang terpanjang
- gelombang ke 2 dan ke 4 sering bergerak retrace sesuai dengan kaidah Fibonacci retracement
Dengan identifikasi yang benar, kita bisa mengantisipasi level-level entry dan exit sesuai dengan aturan diatas.

Contoh penggunaan teori gelombang Elliot dalam praktek
Berikut dicontohkan kita memulai identifikasi uptrend dengan menentukan titik awal gelombang pertama hingga terjadi retrace gelombang ke 2:

Untuk menentukan titik entry yang tepat, kita mengacu pada aturan bahwa panjang gelombang ke 2 tidak melampaui awal gelombang pertama, kemudian kita periksa level-level Fibonacci retracement. Kita bisa menunggu hingga level Fibo retracement-nya menunjukkan reaksi atau melanjutkan arah uptrend-nya.


Dalam hal ini pada level Fibo retracement 50% pergerakan harga kembali kearah uptrend. Kita bisa entry buy di sekitar level Fibo retracement 50%-nya.


Catatan: jika ternyata panjang gelombang ke 2 melampaui titik awal gelombang pertama, maka identifikasi yang telah kita lakukan salah. Berikut contoh lain pada pergerakan harga downtrend:


Pada gambar diatas tampak formasi flat pada gelombang korektif A-B-C. Dari formasi candlestick-nya kita tentukan level entry sell serta level stop loss-nya.


Catatan: jika ternyata panjang gelombang ke 2 melampaui titik awal gelombang pertama, maka identifikasi yang telah kita lakukan salah. Jika contoh diatas ternyata benar, kemungkinannya bisa sebagai berikut:


Karena formasi gelombang yang terjadi pada pergerakan harga pasar riil tidak persis sama dengan teori, maka trader harus sering berlatih untuk membaca formasi gelombang pasar riil guna mendapatkan interpretasi formasi gelombang Elliot yang benar.

Sumber : www.babypips.com