Powered by Blogger.
Home » » Running Pig 3

Running Pig 3

FIBONACCI RETRACEMENT

Dua kelas kedepan kita akan belajar akan pengantar ilmu teknikal baru yaitu Fibonacci dan Elliot. Jika Anda telah membaca artikel berjudul “Pengantar Analisa Teknikal” di kelas Walking Lamb (jika belum kembalilah kesana!) maka Anda mengetahui bahwa analisa teknikal tidak melulu bicara mengenai indikator dan data-data statistik. Ada cabang-cabang analisa teknikal yang bersifat pattern recognition seperti Fibonacci dan Elliotwave. Nah kita akan membahas 2 hal ini pada 2 sub judul di Running Pig.

Kalau Anda mulai menggunakan demo account dan memprediksi pergerakan mata uang maka Anda akan menemui satu kesulitan khas pemula: “Saya tahu apa yang telah terjadi saat ini, tetapi bagaimana pergerakan berikutnya? Tidak ada tanda apa pun yang dapat saya baca karena indikator tidak muncul beberapa langkah didepan harga tetapi tepat pada saat harga berada.

Hal ini sangat wajar dikarenakan indikator memprediksi harga berdasarkan data sebelumnya alias berdasarkan data statistik. Jadi singkatnya, indikator teknikal menggunakan data pergerakan yang telah terjadi, memasukkannya dalam rumus dan kemudian memproyeksikannya kedepan. Well kedengarannya keren… Tetapi ini juga menjadi masalah dikarenakan kita semua tahu bahwa apa yang terjadi di masa yang akan datang belum tentu sama seperti apa yang terjadi pada masa kini. Kekuatan kenaikan harga di masa mendatang belum tentu sama dengan kekuatan kenaikan harga dimasa kini. Demikian juga isu-isu yang terjadi.

Nah ini adalah kekurangan indikator teknikal. Beliau hanya menggunakan masa lampau untuk melihat masa depan. Mirip dengan analis politik atau para komentator sepakbola deh. Padahal kita semua tahu bahwa bola itu bundar. Belum tentu tim A menang kemarin lalu besok bisa menang lagi melawan tim B.

Kekurangan ini kemudian dipecahkan dengan beberapa cara. Para analis fundamental menggunakan berita ekonomi untuk mengeliminir kekurangan ini dan mengatakan analisa teknikal memang demikianlah adanya. Well, para analis teknikal pun tidak mau kalah. Akhirnya mereka menggunakan chaos theory dan pattern recognition untuk mengeliminir kekurangan ini.

Masalah Kelinci
Pada tahun 1240 Leornardo Pissano Fibonacci menemukan sebuah deret yang dinamakan sesuai dengan nama dirinya yaitu deret Fibonacci. Deret ini sedianya digunakan untuk menjawab sebuah persoalan matematika klasik mengenai kelinci. Sekedar intermezo, pertanyaan kelinci tersebut berbunyi begini:
“Seorang pria menempatkan sepasang Kelinci pada sebuah tempat yang dikelilingi oleh tembok sehingga terisolasi oleh dunia luar. Berapa pasang kelinci yang dihasilkan apabila sepasang kelinci menghasilkan sepasang kelinci lainnya yang juga akan produktif pada bulan berikutnya dan demikian seterusnya?”
Ayo, ada yang sanggup menghitungnya? Apakah saya mendengar ada yang menjawab: “Banyak bu guruuuu…” Ah itu jawaban anak sitting duck. Kita kan sudah di Running Pig, jangan malu-maluin begitu ah.
Ada jawaban lain?
“Jawabannya tetap sepasang bu, sebab kelincinya sama-sama jantan.” Duh… jangan dibuat klise begitu dong.
Hahaha, saya sendiri juga tidak pernah menghitungnya secara manual. Namun Fibonacci berhasil memecahkannya dengan membuat sebuah deret yang dikenal sebagai deret Fibonacci.

1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144…
Inilah deret tersebut yang menjawab permasalahan kelinci. Jadi jawaban kelinci tersebut adalah 144 pasang yaitu pada deret ke 12. Itu didapat dari penjumlahan 2 deret sebelumnya yaitu 89 + 55.

Nah, usut punya usut rupanya deret yang dikeluarkan anggota keluarga Bonacci ini bukan hanya memecahkan persoalan Kelinci tetapi menjadi sebuah pola perhitungan dalam ilmu fisika modern khusus cabang chaos theory. Chaos Theory adalah sebuah cabang ilmu matematika dan juga fisika yang membahas sebuah pola pergerakan yang acak namun beraturan. Acak karena tidak pernah menempati titik koordinat yang sama setiap kali bergerak. Beraturan karena selalu pada arah yang sama. Cotohnya adalah pergerakan sayap pada kupu-kupu. Meskipun tidak beraturan, pergerakan sayap kupu-kupu selalu sama dari waktu ke waktu yaitu naik dan turun meskipun tidak pernah menempati titik yang sama setiap kali bergerak. Itulah yang dimaksud dengan chaos theory. Ya..ya.. saya tahu ini tidak terlalu berkorelasi dengan pembahasan forex kita. Dari kupu-kupu sampai kelinci.

Nah, yang terjadi pada market kurang lebih adalah sama. Meskipun terlihat tidak beraturan dalam pergerakannya, para analis teknikal berpendapat pada dasarnya pergerakan mata uang tetaplah memiliki pola yang dapat dilacak. Maka dikeluarkanlah deret Fibonacci untuk mengekstrak pergerakan harga ini. Well inilah penyebabnya mengapa akhirnya Fibonacci menjadi ilmu analisa teknikal khusus.
Sekarang mari kita lihat deret Fibonacci sekali lagi:
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144…
Kalau saya bagi Un dengan Un-1 maka hasilnya akan seperti ini:
2 : 1 = 2
3 : 2 = 1.5
5 : 3 = 1.67
8 : 5 = 1.6
13 : 8 = 1.625
21 : 13 = 1.62
.
.144 : 89 = 1.62
Nah, ketemu sebuah rasio emas 1.62. Lalu bagaimana kalau kita balik? Dengan cara yang sama Anda akan menemukan sebuah rasio lain yaitu 0.618. Atau jika Anda rajin membagi deret tertentu dengan deret lainnya maka Anda akan menemukan rasio-rasio lain yang nilainya konstan dari deret ke deret. Berikut adalah rasio-rasio yang dipakai dalam penggunaan Fibonacci di dunia forex: 0.236, 0.382, 0.500, 0.618, dan 0.764. Nah dari mana angka-angka itu berasal, silakan cari sendiri hehehe.


Fibonacci pada Forex
Ok, kita masuk ke esensi penggunaan Fibonacci. Sebelumnya, pembahasan materi sekolah kita kali ini hanya akan membahas Fibonacci Retracement saja. Perlu Anda ketahui bahwa Fibonacci memiliki 4 varian yaitu Fibonacci Retracement, Arc, Fan dan Expansion.
Fibonacci berguna untuk menentukan titik support dan ressistance dari pergerakan harga. Penggunaannya cukup sederhana. Tinggal menghubungkan antara “Swing High” dengan “Swing Low” dari harga. O ya, sebelumnya Anda perlu mengetahui apakah Swing High dan Swing Low itu.
Swing High adalah candlestick yang terletak di antara candlestick-candlestick yang lebih tinggi disebelah kanan dan kirinya. Sedangkan Swing Low merupakan kebalikan dalam Swing High yaitu bagian yang lebih rendah dibandingkan candle disebelah kanan kirinya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut:


Nah, dalam penggunaan Fibonacci Retracement, Anda cukup menghubungkan kedua titik tersebut dengan garis Fibonacci maka secara otomatis harga Support dan Ressistance akan terbentuk disana. Sangat mudah bukan? Perihal pengeplotannya, jangan khawatir, hampir semua charting sofware sudah memiliki fasilitas lengkap untuk pengadaan Fibonacci. Sayangnya untuk Netdania tidak mendukung Fibonacci Retracement hingga 5 garis bilangan tetapi hanya tiga saja yaitu 0.382, 0.5, dan 0.618. Sisanya 0.236 dan 0.764 tidak ditampilkan. Jadi kali ini kita akan menggunakan charting dari Forex.com.
Perhatikan gambar berikut:

Nah, grafik diatas adalah gambaran GBPUSD dengan timeframe 1h. Garis Fibonacci berwarna hijau dari 0.0 dan 1.0 merupakan hasil penghubungan kedua titik Swing High dengan Swing Low. Perhatikan garis retracement mampun dengan baik mengidentifikasi area-area support dan ressistance dari harga. Nah, ke lima garis retracement inilah yang berguna sebagai titik support dan ressistance. Apabila harga sekarang berada diantara garis 0.0 dan 0.362 maka garis 0.362, 0.5, 0.613 dan 1.0 merupakan batasan ressistance dan garis 0.0 merupakan batasan support.
Nah sesederhana itu. Perihal bagaimana harga ketika mendekati area support dan ressistancenya, rasanya sudah tidak perlu diterangkan lagi (malu ah sudah besar masih belajar begituan…). Seni dalam Fibonacci adalah bagaimana menentukan Swing High dan Swing Low yang tepat sehingga dapat menghasilkan Sup dan Res yang pas. Disini tidak ada pelajaran yang dapat diberikan. Anda membutuhkan pengalaman dan trial error untuk menentukannya. Semakin Anda sering menggunakannya maka akan semakin mahir jadinya kelak.

Pelajaran Selanjutnya: Running Pig 4
Sumber: Belajarforex